Misteri Kepunahan Harimau Jawa

SERANG – Pada sekitar 1850, Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) masih banyak ditemukan di seluruh pelosok Pulau Jawa. Bagi penduduk lokal yang tinggal di daerah pinggiran pedesaan dan pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu, Harimau Jawa dianggap sebagai hama karena seringkali mencuri dan memangsa hewan ternak seperti kambing dan domba.

Pembukaan lahan pertanian akibat pertambahan penduduk yang pesat menyebabkan ruang hidup Harimau Jawa semakin terdesak. Akibatnya timbul konflik antara penduduk lokal dengan Harimau. Sejak saat itu nasib Harimau Jawa kian tak pasti dan hingga kini masih menjadi misteri.

Sebagian ahli satwa liar meyakini Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur sebagai habitat terakhir bagi Harimau Jawa. Setidaknya hingga tahun 1980-an, 3 ekor Harimau Jawa diperkirakan masih hidup di sana.

Pada awal 1990-an, TN Meru Betiri yang didukung oleh WWF Indonesia berinisiatif memasang kamera jebak (camera trap) untuk memastikan Harimau Jawa yang masih tersisa. Kamera Jebak pun di pasang di 19 titik yang diduga menjadi daerah perlintasan harimau Jawa.

Pemantauan dilakukan selama setahun penuh dari Maret 1993 hingga Maret 1994. Survei juga dilakukan terhadap jejak dan kotoran (faeces) yang ditinggalkan Harimau Jawa. Hasil pemantauan selama setahun tersebut, tak satu pun foto dan jejak Harimau Jawa berhasil ditemukan.

Bahkan, berdasarkan hasil survei tersebut, IUCN (1996) secara resmi menyatakan bahwa Harimau Jawa telah punah dari muka bumi untuk selamanya. Namun, terbaru Harimau Jawa tertangkap kamera petugas Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang pada 25 Agustus 2017.

Petugas menduga itu adalah Harimau Jawa karena Taman Nasional Ujung Kulon merupakan habitat kucing besar tersebut. Pada 1950-an, ketika populasi Harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon.

Ukuran tubuh rata-rata Harimau Jawa lebih besar dari Harimau Sumatera dan Harimau Bali. Bahkan sedikit lebih besar dari Harimau Malaya dengan panjang rata-rata 200-245 cm. Berat jantan berkisar antara 100-140 kg dan betina berkisar antara 75-115 kg.

Dibandingkan dengan subspesies lainnya, bentuk tubuh Harimau Jawa termasuk yang paling unik dan sexy. Kepala harimau Jawa terlihat kecil untuk ukuran badannya yang agak besar, panjang dan ramping. Bentuk kepala juga lebih pipih dengan hidung yang sempit dan panjang.

Warna kepala kuning kemerahan gelap dengan sedikit surai yang tumbuh di dagu atau leher. Pipi di dominasi warna putih dengan 2 garis loreng berwarna kontras yang tebal. Leher Harimau Jawa terlihat lebih jenjang. Kaki agak panjang dengan ukuran telapak kaki yang sangat besar.

Pola belang Harimau Jawa juga unik dibandingkan subspesies lainnya. Harimau Jawa memiliki jumlah belang yang paling banyak (dapat mencapai total lebih dari 100 garis belang per ekor). Bentuk belangnya juga sangat tipis dan panjang dengan jarak yang rapat terutama di bagian paha dan sekitarnya.

Anehnya lagi, belang Harimau Jawa hanya terkonsentrasi di bagian belakang tubuh. Saat mencapai bagian perut, garis belang tampak menghilang secara tiba-tiba. Setengah bagian perut hingga bagian depan pun terlihat lebih polos dengan jumlah garis belang yang minim.

Artikel Asli>>

%d blogger menyukai ini: