Menikmati “Pijat” Air Terjun Sungai Kembang

Sambil memejamkan mata, lalu hati kita layangkan ke suatu hal yang mengingat-ngingat masa indah yang pernah kita rasakan sebelumnya seraya diterpa butiran air, duh rasanya hati ini senang sekali

Dengan memejamkan mata seraya duduk di dasar sungai yang agak surut agar bisa didera arus atau butiran air terjun kecil di Sungai Kembang, Desa Tambela, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, sesuatu yang sulit digambarkan dengan kata-kata.

“Pokoknya terasa enak banget,” kata wisatawan lokal Risky ketika bersama penulis menikmati sejuknya udara kawasan bendungan Riam Kanan yang masuk jajaran Pegunungan Meratus di wilayah paling selatan pulau terbesar Nusantara ini.

Menurut Risky, kamerawan rumah produksi AyeSinema, ingin rasanya berlama-lama mandi di lokasi yang persis berada di tengah lembah dengan ratusan spesies tumbuhan kawasan yang boleh dikatakan semacam “puncak” di Bogor tersebut.

“Sambil memejamkan mata, lalu hati kita layangkan ke suatu hal yang mengingat-ngingat masa indah yang pernah kita rasakan sebelumnya seraya diterpa butiran air, duh rasanya hati ini senang sekali,” kata Risky lagi.

Penulis sendiri merasakan begitu segarnya mandi di tengah suasana hutan dengan suara gemuruh air berarus deras di lokasi bebatuan, kicauan burung, dan suara angin yang menerpa pepohonan.

Risky mencoba duduk persis di lokasi yang tepat dijatuhi butiran atau gumpalan air terjun yang kena bagian belakang tubuh. Dia merasakan badan terasa dipijat-pijat. Setelah itu, badan rasa enteng atau ringan.

Memang hal itu benar dan banyak dilakukan oleh pengunjung yang masih berjejal di lokasi tersebut walau sudah sepekan musim lebaran ini.

Penulis dan Risky sendiri adalah dua dari sekitar 15 anggota rombongan wisata keluarga yang mengunjungi kawasan wisata Riam Kanan kawasan pegunungan yang berdekatan dengan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam tersebut, Minggu (10/7).

Salah satu yang dikunjungi adalah kawasan wisata Sungai Kembang, Desa Tambela, yang merupakan subuah sungai atau riam yang terletak sekitar 64 kilometer dari Kota Banjarmasin. Kawasan ini termasuk wilayah perkemahan, pusat penelitian, dan kawasan konservasi alam.

Untuk mencapai kawasan ini relatif sangat mudah. Kalau dari pusat Ibu Kota Provinsi Kalsel, Banjarmasin, bisa dengan roda empat atau roda dua dengan rute ke Banjarbaru lalu ke bundaran dekat kota Martapura, kemudian arah ke Aranio atau Waduk Riam Kanan, sebelum mencapai waduk sudah ketemu lokasi ini.

Objek wisata Sungai Kembang termasuk wisata yang relatif murah. Dengan tiket masuk hanya Rp4.000,00 itu pun hanya bagi orang dewasa.

Wisata Riam Kanan

Bagi mereka yang suka berpetualang seraya menikmati objek-objek wisata alam, tidak salah jika tujuannya adalah kawasan wisata Riam Kanan karena selain adanya Sungai Kembang, masih sederat objek wisata lainnya.

Seperti rombongan penulis yang melakukan wisata bersama keluarga. Setibanya di pelabuhan Aranio, lalu mencarter sebuah klotok (perahu bermotor) dengan tarif Rp400 ribu per buah menyusuri danau bendungan yang dibangun dengan waktu hampir 10 tahun tersebut.

Perjalanan menelan waktu sekitar 1 jam itu menyusuri hanya sebagian dari luasan danau sekitar 10.000 hektare tersebut dengan tujuan Desa Tiwingan Baru.

Dalam perjalanan susur danau rombongan bisa menikmati aneka pemandangan alam yang indah, selain pepohonan yang rindang, lembah-lembah juga terlihat deretan penunungan meratus yang membiru.

Terlihat pula aktivitas nelayan dengan sampan kecil lagi memancing, menjala, dan merenggi.

Akan tetapi, yang paling banyak terlihat ratusan mungkin ribuan buah keramba yang mengapung di sepanjang danau yang membiru dari sebuah bendungan yang diresmikan pada tahun 1973 oleh presiden ke-2 RI H.M. Soeharto.

Tujuan rombongan ini ke desa, terutama ada rumah penduduk yang dikontak lebih awal untuk memasakan nasi makan siang yang letak rumah persis di bibir bendungan.

Setibanya di rumah tersebut ternyata oleh tuan rumah sudah dihidangkan makan siang dengan aneka saturan alam, seperti terung rebus, daun singkong, tumun, kacang-kacangan, dengan ikan nila besar dan ikan mas besar di bakar.

Tentu saja dibarengi dengan sambal terasi yang pedas tak ketinggalan “cacapan” (bagian makanan suku Banjar) terbuat dari bawang merah, terasi bakar, irisan mangga muda, dan cabai rawit.

Ditambah lokasi persis di pelataran rumah yang menghadap kepantai danau dengan hemburan angin sepui-sepui dan suara gemercik gelombang danau yang menyentuh bibir pantai menyebabkan semua anggota rombongan makan dengan lahapnya.

“Selain masakannya memang enak, ditambah perut juga lapar, duh makannya jadi lahap, sampai-sampai perut, kok, rasa kencang,” kata Afrizaldi, anggota rombongan, seraya memperlihatkan perutnya.

Setelah istirahat sebentar sambil tiduran rombongan melanjutkan perjalanan hanya jalan kaki ke Pulau Pinus yang juga sebuah objek wisata kawasan riam kanan. Saat jalan kaki harus menyeberangi titian (jembatan kecil) panjang terbuat dari kayu ulin menyeberangi danau.

Di lokasi ini anggota sempat berfoto bersama atau sebagian lagi swafoto (selfie) sendiri-sendiri dengan latar belakang pemandangan di danau yang sudah menjadi destinasi wisata andalan Kalsel ini.

Begitu pula, setibanya di Pulau Pinus anggota rombongan menyebar ada yang melatakan tikar untuk tiduran, ada yang duduk di pandai sambil foto ada pula yang nongkrong di warung seraya menghirup segarnya air kelapa.

Setelah lama di Pulau Pinus rombongan rencananya naik ke Bukit Atas sebuah lokasi paling tinggi di hamparan wisata Riam Kanan. Akan tetapi, karena waktu sudah menunjukan pukul 16.00 Wita, kemudian diputuskan untuk kembali saja.

Wilayah Riam Kanan merupakan objek wisata yang sudah dipromosikan luas ke nasional dan internasional karena selain ada bendungan, lembah, riam di objek wisata Sungai Kembang, Pulau Pinus, dan Bukit Atas.

Kawasan ini ada juga terdapat objek wisata yang relatif banyak dikunjungi pula, seperti Lembah Kahung, bumi perkemahan Awang Bangkal, Mandiangin, serta Tahura Sultan Adam.

Editor: Hasan Zainuddin

%d blogger menyukai ini: