Kalsel Diharapkan Mampu Lebih Maksimal Tarik Wisatawan

Objek wisata Riam Kanan (Antaranews Kalsel/Hasan Z)


Dalam upaya memaksimal kunjungan wisata ke Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut salah satunya kami bermaksud mempelajari kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Sekretaris Komisi II Bidang Ekonmi dan Keuangan DPRD Kalimantan Selatan Imam Suprastowo mengharapkan provinsinya mampu lebih maksimal lagi menarik wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara (wisnus & wisman).

“Dalam upaya memaksimal kunjungan wisata ke Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut salah satunya kami bermaksud mempelajari kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),” ujarnya sebelum studi komparasi di Mataram dan Lombok, Selasa.

Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) DPRD Kalsel itu berharap, dari hasil studi komparasi ke NTB dapat lebih meningkatkan pembenahan objek wisata di provinsinya.

Pasalnya, lanjut politikus senior PDI-P tersebut, Kalsel dengan luas wilayah sekitar 3,7 juta hektare atau merupakan provinsi terkecil di Pulau Kalimatan juga memiliki objek wisata yang cukup potensial serta memungkinkan untuk dipasarkan.

Objek wisata Kalsel cukup beragam, bukan saja berupa alam yang menyuguhkan panorama menarik, tetapi seni budaya, sejarah dan religi, serta lainnya yang tersebar pada 13 kabupaten/kota.

Sebagai contoh Kalsel juga memiliki objek wisata pantai/bahari seperti Pantai Takisung, Batakan, Pantai Swarangan di Kabupaten Tanah Laut, Pantai Pagatan di Kabupaten Tanah Bumbu, serta Pantai Sarang Tiung dan Gadambaan di Kabupaten Kotabaru.

Selain itu, objek wisata adat budaya seperti “aruh ganal” (pesta besar) komunitas masyarakat terasing setiap mengakhiri musim panen di kawasan Pegunungan Meratus, serta “mapanre tasi” (pesta laut) masyarakat nelayan di Tanah Bumbu (Tanbu) dan Kotabaru.

Menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel VII/Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut (Tala) itu, untuk bisa lebih maksimal menarik wisnus dan wisman, maka provinsinya harus betul-betul masuk distenasi wisata di Indonesia.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama, lanjut dia, bagaimana menyediakan/menyuguhkan objek wisata Kalsel agar memberi kesan/kenangan baik bagi wisatawan, bukan sebaliknya.

“Sebab kesan yang baik ataupun buruk akan menjadi kenangan atau perbincangan masyarakat asal daerah mereka. Jadi kalau kesannya baik atau buruk, semua itu akan berdampak terhadap kunjungan wisatawan,” demikian Imam Suprastowo.

Kalsel tempo dulu, objek wisata primadona provinsi tersebut, antara lain pasar terapung (floting market) di muara Sungai Kuin/Sungai Barito, Kota Banjarmasin yang menjadi salah satu ikon siaran telivisi swasta hingga tersuhur ke pelosok nusantara Indonesia.

Selain itu, objek wisata alam Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), berada di kawasan Pegunungan Meratus, yang juga bisa untuk wisata petualangan, serta menyimpan budaya komunitas masyarakat terasing atau Suku Dayak-salah satu penduduk asli Kalimantan.

Sedangkan objek wisata religi (keagamaan) antara lain masjid tua dan bernilai karamah, dan makam ulama terkenal tempo dulu (masa Kerajaan Banjar), seperti makam Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan Syekh Muhammad Nafis.

Muhammad Arsyad Al Banjari atau dengan sebutan Datuk Kelampayan Martapura, Kabupaten Banjar menghasilkan karya berupa Kitab Sabilal Muhtadin, sebuah rujukan ilmi fiq (fikih) yang terkenal hingga ke negeri jiran seperti Malaysia dan Brunai Darussalam.

Begitu pula, Syeh Muhammad Nafis yang bermakan di Kelua, Kabupaten Tabalong atau dekat perbatasan Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah itu terkenal dengan karya Kitab Durun Nafis, sebuah rujukan ilmu tasauf, juga tersyuhur sampai ke Malaysia dan Brunai Darussalam.

Oleh sebab itu, setiap acara haul/peringatan meninggal dunia kedua ulama Banjar terkenal dan kharismatik pada abad ke-18 tersebut juga selalu ada tamu dari negeri jiran Malaysia dan Brunai Darussalam.

Kemudian keunikan dari kehidupan kerbau rawa daerah Paminggir dan sekitarnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), juga ramai kunjungan wisnus dan wisman tempo dulu atau hingga awal tahun 1990-an, yang belakangan ini terkesan kurang mendapat perhatian.

Pada kesempatan terpisah, rekannya satu komisi H Yadi Ilhami SHI, MH berharap, sektor kepariwisataan di provinsinya bisa memberi kontribusi yang besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) bagi daerah setempat.

Oleh sebab itu, selain terus membenahi infrastruktur penunjang, juga mungkin perlu memaksimal promosi melalui berbagai media massa, serta pada setiap kesempatan dan dimana pun, saran anggota DPRD Kalsel pengganti antarwaktu dari Partai Demokrat tersebut.

Pasalnya Kalsel juga mempunyai banyak objek wisata potensial untuk memberi nilai tambah bagi PAD setempat, tinggal bagaimana mengemas agar menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, demikian Yadi Ilhami.

Artikel Asli>>

%d blogger menyukai ini: