Menelusuri Potensi Wisata Bird-watching di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Matahari belum begitu tinggi ketika tim memasuki hutan Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Suara satwa liar dan gemericik air sungai terdengar jelas di sela-sela rerimbunan pohon. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ini adalah salah satu hutan alam yang tersisa di Pulau Sumatera. Keanekaragaman hayati di tempat ini menjadi daya tarik wisata yang sangat potensial jika dikembangkan. Berkaitan dengan ekowisata, Resort Pemerihan dan Resort Sukaraja merupakan dua Resort yang terdapat di Kawasan TNBBS dengan potensi ekowisata yang tinggi. Selain potensi dari bentang alamnya yang beragam mulai dari daerah perbukitan dengan potensi air terjunnya hingga ekosistem pantai dan lautnya serta potensi flora fauna.

Salah satu potensi yang tidak kalah penting di bidang ilmiah maupun pariwisata adalah keragaman jenis burung yang dimiliki TNBBS. Keragaman jenis burung ini memiliki potensi untuk dapat dijadikan sebagai situs pengamatan burung (bird watching) yang akhir – akhir ini semakin ramai digandrungi oleh wisatawan sebagai wisata minat khusus. Sayangnya, saat ini potensi pengamatan jenis burung di TNBBS belum dieksplorasi secara maksimal. Oleh karena itu, tim WWF bekerjasama dengan konsultan birdwatching melakukan penelusuran di Resort Pemerihan dan Kubu Perahu untuk mengetahui titik – titik pengamatan yang potensial sebagai titik pengamatan burung serta menginventarisir keanekaragaman burung yang ada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Setelah tim melakukan pengamatan selama 7 hari, tim menemukan bahwa keberadaan burung di 2 lokasi ini ternyata cukup beragam. Di kawasan Resort Pemerihan dan Resort Balik Bukit setidaknya ada 138 jenis burung dari 38 suku yang ditemukan dengan jumlah jenis burung paling banyak ditemukan pada Resort Balik Bukit, yaitu 106 jenis yang masuk ke dalam 32 suku. Sementara jumlah jenis burung pada Resort Pemerihan, yaitu 102 jenis yang masuk ke dalam 35 suku. Ada beberapa jenis burung yang hanya bisa ditemukan di salah satu dari kedua lokasi yang disurvey. Ada 34 jenis burung yang hanya ditemukan di Resort Pemerihan dan 38 jenis burung yang hanya ditemukan di Resort Balik Bukit.

Beberapa jenis burung yang hanya ditemukan di Resort Pemerihan adalah pekaka emas (Pelargopsis capensis), bangau sandang-lawe (Ciconia episcopus), pergam hijau (Ducula aenea), dan kirik-kirik biru (Merops viridis). Beberapa jenis burung yang hanya ditemukan pada Resort Balik Bukit adalah cekakak batu (Lacedo pulchella), cekakak-hutan melayu (Actenoides concretus), rangkong gading (Rhinoplax vigil) dan pelatuk pangkas (Blythipicus rubiginosus). Terdapat juga burung endemik Pulau Sumatera yang ditemukan di kedua resort yakni poksai jambul (Garrulax leucolophus) di Resort Pemerihan dan Bondol Tunggir-putih (Lonchura striata), Takur Bukit (Megalaima oorti), Luntur Kepala-merah (Harpactes erythrocephalus) yang ditemukan di Resort Balik Bukit. Perbedaan yang cukup mencolok dari kedua resort ini adalah jenis burung yang mendominasi lokasi tersebut.

Resort Balik Bukit didominasi oleh burung hutan karena merupakan hutan dataran tinggi, sementara resort Pemerihan didominasi oleh burung-burung peralihan karena tempat pengambilan data merupakan kawasan terbuka yang didominasi oleh semak belukar.

37 jenis burung di Resort Pemerihan dan 44 jenis burung di Resort Balik Bukit merupakan burung yang masuk dalam status perlidungan, perdagangan, dan keterancaman yang mengacu pada UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, status perdagangan mengacu kepada CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan status keterancaman mengacu kepada IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Berdasarkan status perdagangan terdapat 10  jenis burung yang masuk kategori apendiks II di Resort Pemerihan, 20 jenis burung yang dilindungi dan berdasarkan status keterancaman terdapat 19 jenis burung yang berstatus mendekati terancam (Near Threatened). Sementara di Resort Balik Bukit berdasarkan status perdagangan terdapat satu jenis burung yang masuk kategori apendiks I dan 8 jenis burung yang masuk kategori apendiks II dan terdapat 23 jenis burung yang dilindungi. Berdasarkan status keterancaman terdapat satu jenis burung berstatus sangat terancam punah (Crtically endangered), dua jenis burung berstatus terancam (Vurnerable) dan terdapat 25 jenis burung yang berstatus mendekati terancam (Near Threatened) (Sukmantoro et al, 2007; IUCN 2017).

Ketersediaan pakan burung di kawasan Resort Pemerihan dan Resort Balik Bukit cukup melimpah. Kondisi hutannya yang merupakan hutan hujan tropis yang terdiri dari hutan perbukitan dengan variasi vegetasi, anak sungai maupun sungai-sungai besar mampu menyediakan pakan yang berlimpah bagi burung seperti buah, ikan, udang, cacing dan serangga yang merupakan sumber pakan bagi berbagai jenis burung seperti rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong gading (Rhinoplax vigil), pekaka emas (Pelargopsis capensis), madi-hijau kecil (Calyptomena viridis), cirik-cirik kumbang (Nyctyornis amictus) dan raja-udang kalung-biru (Alcedo euryzona). Menurut Wiens dan Rotenberry (1981), burung akan lebih beragam ditemukan pada habitat yang memiliki kelimpahan sumber daya yang dibutuhkan, dan sebaliknya burung akan jarang atau sulit ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan baginya. Sungai dan terdapatnya variasi vegetasi membentuk banyak daerah peralihan (ekoton), sehingga merupakan habitat yang kaya akan keanekaragaman jenis burung (Hernowo et al., 1991).

Di dalam survey ini ditemukan bahwa kawasan Resort Pemerihan dan Resort Balik Bukit merupakan kawasan yang banyak dimanfaatkan oleh burung, termasuk burung endemik Sumatera serta beberapa jenis burung yang dilindungi, baik status secara nasional maupun internasional. Kawasan Resort Pemerihan dan Resort Balik Bukit TNBBS sangat penting peranannya dalam mendukung kelangsungan hidup burung-burung tersebut dan merupakan kawasan potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi ideal untuk pengamatan burung (birdwatching) dan untuk tujuan edukasi lingkungan. Keberadaan komponen biotik dan abiotik seperti sumber air (sungai dan air terjun) serta pohon pakan burung seperti beringin (ficus sp) dapat menambah daya tarik untuk kehadiran burung sehingga menjadi point of interest sebagai pertimbangan untuk dijadikan sarana edukasi dan ekowisata. Pemetaan titik-titik konsentrasi burung yang tinggi masih perlu dilakukan. Selain itu, pembuatan jalur pengamatan berupa jalur pendek (loop tril) dan jalur panjang (long trill) akan sangat menunjang kegiatan edukasi dan ekowisata ke depannya.

Artkel Asli>>

%d blogger menyukai ini: